METODOLOGI STUDI ISLAM
Dosen Pembimbing : Muhadi S.H.I., M.Ag.
Nama : Mirza Sayuti
NIM : 160602106
Judul Buku : Metode Studi Islam
Pengarang : Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A.
Penerbit : PT RajaGrafindo Persada
Tahun Cetak I : 1998
Cetakan : Ke-6, Oktober 2001
Kota :
Jakarta
Jumlah Halaman : 406 Halaman
ISBN :
979-421-706-9
DAFTAR ISI BUKU
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Edisi
Revisi
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2 KEBUTUHAN
MANUSIA TERHADAP AGAMA
A.
Pengertian Agama
B.
Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama
BAB 3 BERBAGAI
PENDEKATAN DIDALAM MEMAHAMI AGAMA
A.
Pendekatan Teologis Normatif
B.
Pendekatan Antropologis
C.
Pendekatan Sosiologis
D.
Pendekatan Filosofis
E.
Pendekatan Historis
F.
Pendekatan Kebudayaan
G.
Pendekatan Psikologi
BAB 4 HUBUNGAN
AGAMA DENGAN ILMU PENGETAHUAN
A.
Pandangan Ajaran Islam Tentang Ilmu Sosial
B.
Ilmu Sosial yang Bernuansa slam
C.
Peran Ilmu Sosial Profetik Pada Era Globalisasi
BAB 5
PENGERTIAN DAN SUMBER AJARAN ISLAM
A.
Pengertian Agama lslam
B.
Sumber Ajaran Islam
BAB 6 KARAKTERISTIK
AJARAN ISLAM
A.
Dalam Bidang Agama
B.
Dalam Bidang Ibadah
C.
Bidang Akidah
D.
Bidang Ilmu dan Kebudayaan
E.
Bidang Pendidikan
F.
Bidang Sosial
G.
Dalam Bidang Kehidupan Ekonomi
H.
Dalam Bidang Kesehatan
I.
Dalam Bidang Politik
J.
Dalam Bidang Pekerjaan
K.
Islam Sebagai Disiplin Ilmu
BAB 7 MISI
AJARAN ISLAM
A.
Pendahuluan
B.
Misi Islam
BAB 8 POSISI
ISLAM DI ANTARA AGAMA-AGAMA DI DUNIA
A.
Pendahuluan
B.
Pembahasan
C.
Penutup
BAB 9
METODOLOGI PEMAHAMAN ISLAM
A.
Kegunaan Metodologi
B.
Studi Islam
C.
Metode Memahami Islam
BAB 10 TELAAH
"KONSTRUKSI TEORI" PENELITIAN AGAMA
A.
Pengertian Konstruksi Teori Penelitian Agama
B.
Macam-macam Penelitian
C.
Langkah-langkah Pokok Penyusunan Draft
Penelitian
dan Pengkajian lslam
D.
Pendekatan yang Digunakan
BAB 11 TEORI-TEORI
PENELITIAN AGAMA
BAB 12 MODEL
PENELITIAN TAFSIR
A.
Pengertian Tafir dan Fungsinya
B.
Latar Belakang Penelitian Tafsir
C.
Model-model Penelitian Tafsir
BAB 13 MODEL
PENELITIAN HADIS
A.
Pengertian Hadis
B.
Model-model Penelitian Hadis
BAB 14 MODEL
PENELITIAN FILSAFATISLAM
A.
Pengertian Filsafat lslam
B.
Model-model Penelitian Filsafat Islam
BAB 15 MODEL PENELITIAN
ILMU KALAM
A.
Pengertian Ilmu Kalam
B.
Model-model Penelitian llmu Kalam
BAB 16 MODEL
PENELITIAN TASAWUF
A.
Pengertian Tasawuf
B.
Model-model Penelitian Tasawuf
BAB 17 MODEL
PENELITIAN FlQlH (HUKUM)
A.
Pengertian dan Karakteristik Hukum Islam
B.
Model-model Penelitian Hukum Islam (Fiqih)
BAB 18 MODEL
PENELITIAN POLITIK
A.
Pengertian Politik
B.
Eksistensi Politik dalam Islam
C.
Model-model Penelitian Politik
BAB 19 MODEL
PENELITIAN PENDIDIKAN ISLAM
A.
Pengertian Pendidikan Islam
B.
Aspek-aspek Pendidikan Islam
C.
Model Penelitian Ilmu Pendidikan lslam
BAB 20 MODEL
PENELITIAN SEJARAH ISLAM
A.
Pengertian Sejarah Islam
B.
Ruang
Lingkup Sejarah lslam
C.
Model Penelitian Sejarah
BAB 21 MODELPENELITIAN
PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM
A.
Pengertian Pembaruan lslam
B.
Model Penelitian Pemikiran Modern Dalam lslam
BAB 22 MODEL
PENELITIAN ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI AGAMA
A.
Makna Penelitian Antropologi dan Sosiologi
Agama
B.
Model Penelitian Antropologi Agama
C.
Model Penelitian Sosiologi Agama
BAB 23 ISLMISASI
ILMU PENGETAHUAN
A.
Pendahuluan
B.
Berbagai Pendapat tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan
C.
Realisasi Islamisasi Ilmu Pengetahuan
D.
Islamisasi llmu Pengetahuan
E.
Penutup
BAB 24 PENUTUP
GLOSSARY
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
RIWAYAT HIDUP
RINGKASAN
ISI BUKU
BAB I
PENDAHULUAN
Kehadiran
agama islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Diyakini dapat menjamin terwujudnya
kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Didalamnya terdapat berbagai
petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan
ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas luasnya.
Petunjuk
petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat
didalam sumber ajarannya, Al Qur’an dan hadits, tampak amat ideal dan agung.
Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran
melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam
memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian
sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada
kualitas, egaliter, kemitraan, anti feodalistik, mencintai kebersihan,
mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia, dan sikap sikap positif lainnya.
Sebenarnya
dalam ajaran agama islam itu mayoritas ajarannya mengacu kepada masalah sosial.
Bahkan dalam suatu penelitian disimpulkan bahwasnya alqur’an memiliki empat hal
yang bertemakan tentang kepedulian sosial. Pertama dalam al qur’an dan hadis
proposial terbesar ditujukan kepada masalah sosial, kedua dalam kenyataan bila
urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka
ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tapi tidak ditinggalkan). Ketiga,
bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar
daripada ibadah yang bersifat perseorangan. Keempat, bila urusan ibadah
dilakukan tidak sempurna atau batal karena melanggar pantangan tertentu, maka
kafaratnya ialah melakukan susuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.
Namun yang
sangat mengecewakan, kenyataan islam sekarang ini menampilkan keadaan yang jauh
dari cita ideal tersebut. Ibadah yang dilakukan umat islam seperti shalat,
puasa, zakat, haji, dan sebagainya hanyalah sekedar kewajiban yang harus
dilaksanakan dengan tanpa ada nilai dimensi lain yang merupakan buah dari
ibadah tersebut terutama dalam masalah sosial. Sehingga seolah olah agama
hanyalah urusan individu, penyelamatan individu tanpa ada keberkahan sosial.
Dan seakan akan agama bahkan tuhan sekalipun tidak hadir dalam problematika
sosial kita walaupun nama-Nya sering kita dengarkan berkumandang dimana mana.
Syafi’i
ma’arif dalam suatu kesempatan mengatakan bahwasanya penyebab dari kesenjangan
antara citra islam dengan kenyataannya adalah yang pertama karena kualitas
keagamaan umat yang masih rendah. Menurutnya proses islamisasi sesungguhnya
secara kualitatif belum pernah mencapai tingkatnya yang sempurna, yang kedua
cara umat islam sendiri yang keliru dalam memahami islam, Islam yang muatan
ajaran banyak berkaitan dengan masalah masalah sosial ternyata belum dapat
diangkat kepermukaan disebabkan metodee dan pendekatan yang kurang komprehensif
atau menyeluruh.
Mukti ali
juga mengatakan bahwasanya jika kita mempelajari cara orang dalam mendekati
agama islam maka kita akan melihat tiga cara yang jelas tampak. Yang pertama
adalah secara naqli (tradisional), yang kedua adalah pendekatan secara aqli
(rasional), dan yang ketiga adalah pendekatan secara kasyf (mistis). Padahal
dalam memahami agama itu harusnya ketiga cara pendekatan tersebut harus
digunakan secara serempak, bukan terpisah pisah.
Dan ternyata
menurut sebuah penelitian menyatakan bahwa ternyata mayoritas studi islam hanya
berorientasi untuk terciptanya lulusan yang dapat menghafal ajaran agama,
tetapi tidak mampu mengembangkannya. Maka dari itu melalui buku ini penulis
mencoba membawa pembaca untuk memiliki wawasan yang utuh dan integral tentang
islam, juga dapat mengembangkannya. Untuk itu masalah metode dan pendekatan
dalam seluruh aspek ajaran islam dikemukakan dalam buku ini.
Selanjutnya
buku ini juga mengemukakan telaan konstruksi teori penelitian agama berikut
berbagai pendekatan dan teori teori yang digunakan dengan merujuk kepada pakar
yang ahli dalam bidangnya., juga mengemukakan deskripsi tentang model
penelitian tafsir, hadis, kalam, filsafat, tasawuf, fikih, politik, pendidikan
islam, sejarah, pemikiran modern, dalam islam, antropologi, dan sosial agama.
BAB II
KEBUTUHAN
MANUSIA TERHADAP AGAMA
A.
PENGERTIAN AGAMA
a.
Secara
etimologi (kebahasaan).
Mengartikan
agama dari sudut kebahasaan akan terasa lebih mudah daripada mengartikan agama
dari sudut istilah karena pengertian agama dari sudut istilah ini sudah
mengandung muatan subjektivitas dari oang yang mengartikannya. Lain halnya
dengan dari segi bahasa, pengertian agama dari segi bahasa dapat kita ikuti
antara lain uraian yang diberikan harun nasution. Menurutnya, dalam masyarakat
indonesia selain dari kata agama, dikenal pula kata “din” dari bahasa arab dan
kata religi dalam bahasa eropa. Ia mengatakan bahwa agama dari bahasa sanskerta
tersusun dari 2 kata yaitu a=tidak dan gam =pergi, jadi agama artinya tidak pergi,
tetap ditempat, diwarisi secara turun temurun. Hal menunjukkan pada salah satu
sifat agama yaitu diwarisi secara turun temurun dari satu generasi ke generasi
lainnya. Kemudian ada yang mengatakan artinya adalah teks dan kitab suci,
tuntunan yang berarti tuntunan bagi kehidupan manusia.
Selanjutnya
din dalam bahasa semit berarti undang undang atau hukum. Dalam bahasa arab kata
ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, dan
kebiasaan.
Sedangkan
kata religi berasal dari kata relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan
membaca. Pengertian demikian itu juga sejalan dengan isi agama yang mengandung
kumpulan cara cara mengabdi kepada tuhan yan gterkumpul dalam kitab suci yang
harus dibaca, tetapi ada juga yang mengatakan arti dari relegere adalah
mengikat.
Dan dari
beberapa definisi berikut, akhirnya harun nasution menyimpulkan bahwa intisari
yang terkandung dalam istilah istilah diatas ialah ikatan. Agama memang
mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini
mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari hari. Ikatan
itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan
ghaib yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera.
b.
Secara
terminologi
Adapun
pengertian agama dari segi istilah dapat dikemukakan sebagai berikut.
Elizabet nottingham dalam bukunya agama dan masyarakat berpendapat
bahwa agama adalah gejala yang begitu sering terdapat dimana mana sehingga
sedikit membantu usaha usaha kita untuk membuat abstraksi ilmiah. Lebih lanjut
Nottingham mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha usaha manusia untuk
mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaaan alam
semesta. Agama telah menimbulkan Khayalnya yang paling luas dan juga digunakan
untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama
dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga perasaan
takut dan ngeri. Dan durkheim mangatakan bahwa agama adalah pantulan dari
solidaritas sosial. Bahkan kalau dikaji, katanya, tuhan itu sebenarnya adalah
ciptaan masyarakat.
B.
LATAR
BELAKANG PERLUNYA MANUSIA TERHADAP AGAMA
Ada tiga
alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama. Ketiga alasan
tersebut adalah:
a.
Latar
belakang fitrah manusia
b.
Kelemahan
dan kekurangan manusia
c.
Tantangan
manusia
BAB III
BERBAGAI
PENDEKATAN DIDALAM MEMAHAMI AGAMA
A.
PENDEKATAN TEOLOGIS NORMATIF
Yaitu upaya
memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari
suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu agama diaggap sebagai yang
paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.
B.
PENDEKATAN ANTROPOLOGI
Yaitu salah
satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
C.
PENDEKATAN SOSIOLOGI
Pentingnya
pendekatan sosiologi dalam memahami masalah agama dapat dipahami karena banyak
sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian
agama terhadap masalah sosial ini selanjutnya mendorong kaum agamawan memahami
ilmu ilmu sosial sebagai alat untuk memahami agama.
D.
PENDEKATAN FILOSOFIS
Arti dari
filsafat adalah sebuah upaya untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah
mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formanya. Filsafat mencari sesuatu
yang mendasar, asas, dan inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriyah.
Maka dari itu filsafat dapat digunakan dalam memahami ajaran agama, dengan
maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan
dipahami secara seksama.
E.
PENDEKATAN HISTORIS
Sejarah atau
historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan
F.
PENDEKATAN KEBUDAYAAN
G. PENDEKATAN
PSIKOLOGI
BAB IV
HUBUNGAN AGAMA DENGAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
A.
PANDANGAN
AJARAN ISLAM TENTANG ILMU SOSIAL
Sejak
kelahirannya belasan abad lalu, islam telah tampil sebagai agama yang memberi
perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan
manusia dengan Tuhan, antara hubungan manusia dengan manusia, dan antara urusan
ibadah dengan urusan muamalah.
Selanjutnya jika
kita adakan perbandingan antara perhatian islam terhadap urusan ibadah dengan
urusan muamalah, ternyata islam menekankan urusan muamalah lebih besar daripada
urusan ibadah dalam arti yang khusus. Islam lebih banyak memperhatikan aspek
kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang
menjadikan seluruh bumi sebagai masjid tempat mengabdi kepada allah dalam arti
luas. Muamalah jauh lebih luas daripada ibadah dalam arti yang khusus.
Keterkaitan
agama dengan masalah kemanusiaan sebagaimana tersebut menjadi penting jika
dikaitkan dengan situasi kemanusiaan dizaman modern ini. Kita mengetahui bahwa
dewasa ini manusia menghadapi berbagai macam persoalan yang benar benar
membutuhkan pemecahan segera. Kadang kadang kita merasa bahwa situasi yang
penuh dengan problematika di dunia modern justru disebabkan oleh perkembangan
pemikiran manusia sendiri. Dibalik kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan
martabat manusia. Umat manusia telah berhasil mengorganisasikan ekonomi, menata
struktur politik, serta membangun perdaban yang maju untuk dirinya sendiri,
tetapi pada saat yang sama, kita juga melihat bahwa umat manusia talah menjadi
tawanan dari hasil ciptaannya sendiri. Sejak manusia memasuki zaman modern
mereka mampu mengembangkan potensi potensi rasionalnya, mereka memang telah
membebaskan diri dari belenggu pemikiran mistis yang irrasional dan belenggu
pemikiran hukum alam yang sangat mengikat kebebasan manusia. Tetapi ternyata di
dunia modern ini manusia tak dapat melepaskan diri dari jenis belenggu lain,
yaitu penyembahan kepada hasil ciptaannya sendiri.
Dalam
keadaan demikian, kita saat ini nampaknya sudah mendesak untuk memiliki ilmu
pengetahuan sosial yang mampu membebaskan manusia dari bebagai problema
tersebut. Ilmu pengetahuan sosial yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan yang
digali dari nilai nilai agama. Kuntowijoyo menyebutnya sebagai ilmu sosial
profetik.
BAB V
PENGERTIAN
DAN SUMBER AJARAN ISLAM
A.
PENGERTIAN AGAMA ISLAM
Dari segi
bahasa islam berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata salima yang mengandung
arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi
bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.
Adapun pengertian
islam dari segi istilah akan kita dapati rumusan yang berbeda beda. Dan dari
berbagai pendapat yang bermacam macam itu dapat diambil kesimpulan bahwasanya
pengertian islam secara istilah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu
yang datang dari Allah SWT. Bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal
dari nabi Muhammad SAW. Posisi nabi dalam agama islam diakui sebagai yang
ditugasi oleh allah untuk menyebarkan ajaran islam tersebut kepada umat
manusia. Dalam proses penyebaran agama islam, nabi terlibat dalam memberi
keterangan, penjelasan, uraian, dan contoh praktiknya. Namun keterlibatan ini
masih dalam batas batas yang dibolehkan Tuhan.
B.
SUMBER
AJARAN ISLAM
Diantara
sumber agama islam adalah:
a. Al
Qur’an
b. As
Sunnah
BAB VI
KARAKTERISTIK
AGAMA ISLAM
A.
DALAM BIDANG AGAMA
Karakteristik
agama islam dalam visi keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan,
dan saling menghargai karena dalam pluralitas agama tersebut terdapat unsur
kesamaan yaitu pengabdian kepada tuhan.
B.
DALAM BIDANG IBADAH
Visi islam
tentang ibadah adalah merupakan sifat, jiwa, dan misi ajaran islam itu sendiri
yang sejalan dengan tugas penciptaan manusia, sebagai makhluk yang hanya
diperintahkan agar beribadah kepadanya.
C.
DALAM BIDANG AQIDAH
Akidah dalam
agama islam bukan sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap
selanjutnya harus menjadi acuan dan dasar dalam bertingkah laku, serta berbuat
yang pada akhirnya menimbulkan amal saleh.
D.
BIDANG ILMU DAN KEBUDAYAAN
Karakteristik
islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut dapat pula dilihat
dari lima ayat pertama dari surat al alaq. Iqro dalam ayat ini bukan hanya
berarti membaca tetapi juga berarti menelaah mengobservasi, membandingkan,
mengukur, mendiskripsikan, menganalisis, dan penyimpulan secara induktif. Islam
dengan demikian kuatnya mendorong manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan
cara menggunakan akalnya untuk berfikir, merenung, dan sebagainya. Demikian
pentingkan ilmu ini hingga islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama
nilainya dengan jihad dijalan Allah.
E.
BIDANG PENDIDIKAN
F.
BIDANG KEHIDUPAN EKONOMI
G.
BIDANG KESEHATAN
H.
BIDANG POLITIK
I.
BIDANG PEKERJAAN
J.
ISLAM SEBAGAI DISIPLIN ILMU
Dan dari
semua itu agama islam memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki
oleh agama agama selain agama islam.
BAB VII
METODOLOGI
PEMAHAMAN ISLAM
A.
KEGUNAAN
METODOLOGI
Untuk
mencapai suatu kemajuan, kejeniusan saja belum cukup, melainkan harus
dilengkapi dengan ketepatan memilih metode yang akan digunakan untuk kerjanya dalam
bidang pengetahuan. Metode dan berpikir yang benar tak ubahnya seperti orang
yang berjalan. Seorang yang lumpuh sebelah kakinya dan tidak dapat berjalan
dengan cepat, tetapi memilih jalan yang benar akan mencapai tujuannya lebih
cepat daripada jago lari yang mengambil jalan yang terjal lagi berkelok kelok.
Betapapun cepat jago lari tersebut, ia akan datang pada terpat yang dituju,
sedangkan orang yang lumpuh sebelah kakinya yang memilih jalan yang benar akan
sampai kepada tujuan dengan segera. Selain itu penguasaan metode yang tepat
dapat menyebabkan seseorang mengembangkan ilmu yang dimilikinya. Sebaliknya
mereka yang tidak menguasai metode hanya akan menjadi konsumen ilmu, dan bukan
menjadi produsen.
B.
STUDI ISLAM
Banyak orang
berselisih pendapat apakah islam itu termasuk kedalam sains atau ilmu
pengetahuan. Mengingat sifat dan karakteristik antara ilmu pengetahuan dan
agama berbeda. Ilmu pengetahuan dapat dikritisi, sedangkan agama dengan alasan
apapun tidak dapat dikritik karena merupakan ajaran dari tuhan yang memiliki
kebenaran yang mutlak tidak relatif.
Sehingga
muncullah pendapat yang memisahkan atau membedakan antara sains islam dengan
studi islam. Sains islam mencakup berbagai pengetahuan modern seperti
kedokteran, astronomi, matematika, fisika, dan sebagainya yang dibangun atas
arahan nilai nilai islami. Sementara studi islam adalah pengetahuan yang
dirumuskan dari ajaran islam yang dipraktikkan dalam sejarah dan kehidupan
manusia, sedang pengetahuan agama adalah pengetahuan yang sepenuhnya diambil
dari ajaran ajaran allah dan Rasulnya secara murni tanpa dipengaruhi sejarah,
seperti ajaran tentang akidah, ibadah, membaca al Qur’an dan akhlak.
C.
METODE
MEMAHAMI ISLAM
Berbagai
pendapat diajukan untuk metode memahami islam diantaranya metode yang digunakan
oleh ali syari’ati. Ia mengatakan bahwasanay cara memahami islam salah satunya
ialah dengan mengenal allah dan membandingkannya dengan sesembahan agama lain.
Cara lainnya ialah dengan mempelajari kitab alqur’an dan membandingkannya
dengan kitab-kitab samawi lainnya. Tetapi ada lagi cara lain yaitu dengan
mempelajari kepribadian rasul islam dan membandingkannya dengan tokoh tokoh
besar pembaruan yang pernah hidup dalam sejarah. Akhirnya ada satu cara lagi
ialah dengan mempelajari tokoh tokoh islam terkemuka dan membandingkannya
dengan tokoh tokoh utama agama maupun aliran aliran pemikiran lain.
Selain
menggunakan pendekatan komparasi, Ali syari’ati
juga menawarkan cara memahami islam melalui pendekatan aliran. Dalam hubungan
ini, ia mengatakan bahwa tugas intelektual hari ini adalah mempelajari dan
memahami islam sebagai aliran pemikiran yang membangkitkan kehidupan manusia,
perseorangan maupun masyarakat. Dan bahwa sebagai intelektual dia memikul
amanah demi masa depan umat manusia yang lebih baik. Dia harus menyadari tugas
ini sebagai tugas pribadi dan apapun bidang studinya dia harus senantiasa
menumbuhkan pemahaman yang segar tentang islam dan tentang tokoh tokoh besarnya
sesuai dengan bidangnya masing masing.
Sedangkan Nasruddin
razak mengemukakan pendapatnya. Ia menawarkan metode pemahaman islam secara
menyeluruh. Menurutnya bahwa memahami islam secara menyeluruh adalah penting
walaupun tidak secara detail. Begitulah cara paling minimal untuk memahami
agama paling besar sekarang ini agar menjadi pemeluk agama yang mantap dan
untuk menumbuhkan sikap hormat bagi pemeluk agama lainnya. Dan untuk memahami
islam secara benar nasruddin Razak mengajukan 4 cara:
a. Islam harus dipelajari dari sumber yang asli, yaitu Al
Qur’an dan As Sunnah Rasulullah.
b. Islam harus dipelajari secara menyeluruh sebagai satu
kesatuan yang bulat tidak secara sebagian saja
c. Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh
para ulama besar, kaum zuama dan sarjana-sarjana islam, karena pada umumnya
mereka memiliki pemahaman islam yang baik.
d. Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif
teologis yang ada dalam al qur’an, baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan
historis, empiris, dan sosiologis yang ada di masyarakat.
Selain itu
mukti ali juga mengajukan pendapat tentang metode memahami islam sebagaimana
yang dikemukakan ali Syari’ati yang menekankan pentingnya melihat islam secara
menyeluruh. Ia juga mengatakan apabila kita melihat islam hanya dari satu segi
saja, maka kita hanya akan melihat satu dimensi dari fenomena fenomena yang
multifaset, sekalipun kita melihatnya itu betul. Islam menurutnya harus
dipahami secara bulat, yaitu pemahaman islam yang dilakukan secara
komprehensif. Metode lain untuk memahami islam yang diajukan Mukti ali adalah
metode tipologi. Metode ini oleh banyak sekali ahli sosiologi dianggap objektif
berisi klasifikasi topik dan tema sesuai dengan tipenya, lalu dibandingkan
dengan topik dan tema yang mempunyai tipe yang sama. Dari uraian yang ada
diatas dapat kita simpulkan bahwasanya metode yang dapat digunakan dalam
memahami islam secara garis besar ada dua macam. Pertama, metode komparasi
yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan seluruh aspek
yang ada dalam agama islam tersebut dengan agama lainnya, dengan cara demikian
akan dihasilkan pemahaman islam yang objektif dan utuh. Kedua, metode sintesis,
yaitu suatu cara memahami islam yang memadukan antara metode ilmiah dengan
segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan seterusnya dengan metode
teologis normatif.
BAB VIII
TELAAH “KONSTRUKSI TEORI”
PENELITIAN AGAMA
A.
PENGERTIAN KONSTUKSI TEORI
PENELITIAN AGAMA
Telaah
“Konstruksi teori” penelitian agama adalah suatu upaya memeriksa, mempelajari,
meramalkan, dan memahami secara seksama susunan atau bangunan dasar-dasar atau
hukum-hukum dan ketentuan lainnya yang diperlukan untuk melakukan suatu
penelitian terhadap bentuk pelaksanaan ajaran
agama sebagai dasar pertimbangan untukmengembangkan pemahaman ajaran
agama sesuai dengan tuntutan zaman. Penelitian agama adalah pendekatan ilmiah
yang diterapkan untuk menyelidiki masalah-masalah agama. Upaya ini dilakukan
untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan
mengenai berbagai masalah agama dari segi bentuk pelaksanaannya.
B.
MACAM-MACAM PENELITIAN
1. Penelitian
Historis (Historical research)
Tujuan
penelitian ini adalah untuk membuat
rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta mensistematisasikan bukti-bukti
untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.
2.
Penelitian Kasus dan Penelitian
Lapangan
Tujuan penelitian kasus dan
penelitian lapangan adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar
belakang keadaan sekarang dan interaksi
lingkungan sesuatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga atau masyarakat.
3.
Penelitian Korelasional
(Correlational research)
Tujuan penelitian korelasional
adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu factor berkaitan
dengan variasi-variasi pada satau atau lebih faktor lain berdasarkan
koefisiensi korelasi.
4.
Penelitian Kausal-Komparatif
(Causal Comparative research)
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang
ada mencari kembali factor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Hal ini berlainan
dengan metode eksperimental yang mengumpulkan datanya pada waktu kini dalam
kondisi yang dikontrol.
5.
Penelitian Eksperimental
Sungguhan
Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan saling
hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok
eksperimental dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok
control yang tidak dikenal kondisi perlakuan.
6.
Penelitian Tindakan (Action
research)
Penelitian
ini dilakukan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara
pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia
kerja atau dunia actual yang lain.
7.
Penelitian survai
8.
Grounded Research
C.
LANGKAH-LANGKAH POKOK PENYUSUNAN
DRAFT PENELITIAN DAN PENGKAJIAN ISLAM
Rencana
penelitian dapat dibagi menjadi 8 langkah, yaitu:
1.
Pemilihan persoalan
2.
Penentuan ruang lingkup
penelitian
3.
Pemeriksaan tulisan-tulisan yang
bersangkutan
4.
Perumusan kerangka hipotesis
5.
Penentuan konsep-konsep
6.
Perumusan hipotesa
7.
Pemilihan metode pelaksanaan penelitian
8.
Perencanaan sampling.
Unsur yang harus ada dalam penelitian agama adalah:
1.
Latar belakang masalah
2.
Studi kepustakaan
3.
Landasan teori dan hipotesa
4.
Metodologi penelitian
5.
Kerangka analisa
BAB IX
TEORI-TEORI PENELITIAN AGAMA
Studi islam dapat dikaji dengan menggunakan berbagai teori dan
pendekatan yang selama ini banyak dijumpai dalam ilmu-ilmu sosial, seperti ilmu
ekonomi, ilmu politik, kebudayaan, sejarah dan lain sebagainya. Hal ini
dimungkinkan terjadi karena agama Islam sebagaimana diketahui memiliki cakupan
yang amat luas dan menjangkau seluruh aspek kehidupan manusia, sehingga pada
aspek manapun manusia dapat menangkapnya dengan baik.
Namun demikian perlu dicatat bahwa penggunaan teori dan
pendekatan tersebut bukan ditujukan untuk menguji benar tidaknya aspek esensi
ajaran Islam yang bersifat normatif atau ajaran yang terdapat dalam al-Quran
dan as-Sunnah, karena ajaran yang terdapat dalam kedua sumber tersebut diakui
mutlak benar. Yang dijadikan obyek penelitian adalah berkenaan aspek lahiriah
atau aspek pengamalan dari ajaran wahyu tersebut.
BAB X
MODEL PENELITIAN TAFSIR
A.
PENGERTIAN TAFSIR DAN FUNGSINYA
Tafsir berasal dari bahasa Arab, fassara-yufassiru-tafsiran yang
berarti penjelasan, pemahaman, dan perincian. Selain itu tafsir juga berarti al-idlah
wa al-tabyin yaitu penjelasan dan keterangan. Adapun 3 ciri utama tafsir
yaitu sebagai berikut:
1.
Dilihat dari segi obyek
pembahasannya adalah kitabullah (al-Quran) dan di dalamnya terkandung firman
Allah SWT. yang diturunkan oleh Allah
kepada Nabi Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril
2.
Dilihat dari segi tujuannya
adalah untuk menjelaskan, menerangkan, menyingkap kandungan al-Quran sehingga
dapat dijumpai hikmah, hukum, ketetapan, dan ajaran yang terkandung di dalamnya
3.
Dilihat dari segi sifat dan
kedudukannya adalah hasil penalaran, kajian dan ijtihad para mufassir yang
didasarkan pada kesanggupan dan kemampuan yang dimilikinya, sehingga suatu saat
dapat ditinjau kembali
Model penelitian tafsir adalah suatu contoh, ragam, acuan atau
macam dari penyelidikan secara seksama terhadap penafsiran al-Quran yang pernah
dilakukan generasi terdahulu untuk diketahui secara pasti tentang berbagai hal
yang terkait dengannya.
B.
LATAR BELAKANG PENELITIAN TAFSIR
Penafsiran dilakukan setelah
Rasul SAW wafat, sehingga para sahabat terpaksa berijtihad. Pada mulanya usaha
penafsiran ayat-ayat alquran berdasarkan ijtihad masih sangat terbatas dan
terikat dengan kaidah-kaidah bahasa serta arti-arti yang terkandung oleh satu
kosakata.
C.
MODEL-MODEL PENELITIAN TAFSIR
Model penafsiran al-Quran yang
dilakukan oleh ulama tafsir adalah sebagai berikut:
1.
Model Quraish Shihab
2.
Model Ahmad Al-Syarbashi
3.
Model Syekh Muhammad al-Ghazali
BAB XI
MODEL PENELITIAN HADIS
A.
PENGERTIAN HADIS
Dilihat dari pendekatan
kebahasaan, hadis berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata hadatsa-yahdutsu-hadtsan-haditsan
yang berarti berita atau kabar, sungguhpun kata tersebut dapat berarti
sesuatu yang baru atau sesuatu yang menunjukkan waktu yang dekat. Dilihat dari
istilah, hadis adalah perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah SAW yang
berkaitan dengan hukum.
B.
MODEL PENELITIAN HADIS
Model penelitian hadis yaitu
sebagai berikut:
1.
Model H.M.Quraish Shihab
2.
Model Mustafa Al-Siba’iy
3.
Model Muhammad Al-Ghazali
4.
Model Zain al-Din ‘Abd al-Rahim
bin Al-Husain Al-Iraqiy
BAB XII
MODEL PENELITIAN FILSAFAT ISLAM
A.
PENGERTIAN FILSAFAT ISLAM
Filsafat Islam merupakan salah
satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah menimbulkan pro dan kontra. Dari segi bahasa, filsafat Islam
terdiri dari gabungan kata filsafat dan Islam. Kata filsafat berasal dari kata philo
yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah.
Dengan demikian secara bahasa filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah.
Filsafat Islam dapat diketahui melalui 5 cirinya yaitu:
1.
Dilihat dari segi sifat dan
coraknya, filsafat islam berdasar pada ajaran Islam yang bersumber dari
al-Quran dan hadis.
2.
Dilihat dari segi ruang lingkup
pembahasannya, filsafat Islam mencakup pembahasan bidan fisika atau alam raya
yang selanjutnya disebut dengan kosmologi; masalah ketuhanan dan hal-hal lain
yang bersifat non-materi, yang kemudian
disebut dengan bidang metafisika; masalah kehidupan di dunia, kehidupan di
Akhirat; massalah ilmu pengetahuan, kebudayaan dan lain sebagainya; kecuali
masalah zat Tuhan.
3.
Dilihat dari segi datangnya,
filsafat Islam sejalan dengan perkembangan ajaran Islam itu sendiri, tepatnya
ketiga bagian dari ajaran Islam memerlukan penjelasan secara rasional dan
filosofis
4.
Dilihat dari segi yang
mengembangkannya, filsafat Islam dalam arti materi pemikiran filsafatnya, bukan
kajian sejarahnya, disajikan oleh orang-orang yang beragam Islam.
5.
Dilihat dari segi kedudukannya,
filsafat Islam sejajar dengan bidang studi keislaman lainnya seperti fikih,
ilmu kalam, tasawuf, sejarah keudayaan Islam dan Pendidikan Islam
B.
MODEL PENELITIAN FILSAFAT ISLAM
Model Penelitian Filsafat Islam
yaitu sebagai berikut:
1.
Model M. Amin Abdullah
2.
Model Otto Horrassowitz, Majid
Fakhri dan Harun Nasution
3.
Model Ahmad Fuad Al-Ahwani
BAB XIII
MODEL PENELITIAN ILMU KALAM
A.
PENGERTIAN ILMU KALAM
Ilmu kalam disebut juga sebagai
Teologi. Teologi adalah ilmu khusus yang membahas tentang masalah ketuhanan
serta berbagai masalah yang berkaitan dengannya berdasarkan dalil-dalil yang
meyakinkan.
B.
MODEL PENELITIAN ILMU KALAM
1.
Penelitian pemula
a.
Model Abu Manshur Muhammad bin
Muhammad bin Mahmud al-Maturidy al-Samarqandy
b.
Model al-Imam Abi Al-Hasan bin
Ismail Al-Asy’ari
c.
Model ‘Abd al-Jabar bin Ahmad
d.
Model Thahawiyah
e.
Model al-Imam Al-Haramain
Al-Juwainy
f.
Model Al-Ghazali
g.
Model Al-Amidy
h.
Model Al-Syahrastani
i.
Model Al-Bazdawi
2.
Penelitian lanjutan
a.
Model Abu Zahrah
b.
Model Ali Mustafa Al-Ghurabi
c.
Model Abd Al-Lathif Muhammad
Al-‘Asyr
d.
Model Ahmad Mahmud Shubhi
e.
Model Ali Sami Al-Nasyr dan Ammar
Jam’iy al-Thalibry
f.
Model Harun Nasution
BAB XIV
MODEL PENELITIAN TASAWUF
A.
PENGERTIAN TASAWUF
Dari segi bahasa, tasawuf
menggambarkan keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa,
mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran
dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia di sisi Allah. Tasawuf
atau sufisme adalah salah satu jalan yang diletakkan Tuhan di dalam lubuk Islam
dalam rangka menunjukkan mungkinnya pelaksanaan kehidupan rohani bagi jutaan
manusia yang sejati yang telah berabad-abad mengikuti dan terus mengikuti agama
yang diajarkan al-Quran.
B.
MODEL PENELITIAN TASAWUF
1.
Model Sayyed Husein Nasr
2.
Model Mustafa Zabri
3.
Model Kautsar Azhari Noor
4.
Model Harun Nasution
5.
Model A.J.Arberry
BAB XV
MODEL PENELITIAN HUKUM ISLAM
A.
PENGERTIAN HUKUM ISLAM
Pengertian syariat islam dalam
bidang luas meliputi semua hukumm yang telah disusun dengan teratur oleh para
ahli fikih dalam pendapat-pendapat fikihnya mengenai persoalan di masa mereka,
atau yang mereka perkirakan akan terjadi kemudian,dengan mengambil dalil-dalil
yang langsung dari al-Quran dan al-Hadis, atau sumber pengambilan hukum seperti
Ijma’, qiyas, istihsan, istishlah dan masalih al-Mursalah. Adapun pengertian
syariat islam dalam pengertian sempit adalah terbatas pada hukum-hukum yang
berdalil pasti dan tegas, yang tertera dalam al-Quran, hadis yang shahih, atau
yang ditetapkan dengan ijma’.
B.
MODEL PENELITIAN HUKUM ISLAM
1.
Model Harun Nasution
2.
Model Noel J. Coulson
3.
Model Muhammad Atho Mudzhar
BAB XVI
MODEL PENELITIAN POLITIK
A.
PENGERTIAN POLITIK
Politik diartikan sebagai
pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, seperti tata cara
pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan dan sebagainya; dapat pula berarti segala urusan dan tindakan
(kebijaksanaan), siasat dan sebagainya mengenai pemerintahan suatu Negara atau
terhadap Negara lain.
B.
EKSISTENSI POLITIK DALAM ISLAM
Persoalan yang pertama-tama
timbul dalam islam bukan persoalan tentang keyakinan melainkan persoalan
politik. Islam sejak kelahirannya telah mengenal bentuk pemerintahan atau sudah
mengenal sistem politik. Keberadaan politik dalamislam ditandai dengan
munculnya berbagai teori politik, khususnya khilafah dan imamiyah yang diajukan
berbagai aliran. Berbagai aliran politik, teologi bahkan juga para filosof
sudah berbicara tentang politik. Terdapat tiga aliran tentang hubungan Islam
dan ketatanegaraan, yaitu:
1.
Aliran pertama, berpendirian
bahwa Islam bukan semata-mata agama dalam pengertian Barat, yakni hanya
menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi Islam adalah satu agama yang
sempurna dan lengkap dengan pengaturan bagi segala aspek kehidupan manusia,
termasuk kehidupan bernegara. Tokoh dari aliran ini adalah Syaikh Hasan
al-Banna,, Sayyid Quthb, Syaikh Muhammad Rasyid Ridha dan Maulana A.A.Maududi.
2.
Aliran kedua, berpendirian bahwa
islam adalah agama daam pengertian Barat, yang tidak ada hubungannya dengan
urusan kenegaraan. Tokoh aliran ini adalah Ali Abd al-Razik, dan Thaha Husain.
3.
Aliran ketiga, menolak pendapat
aliran pertama dan kedua. Aliran ini berpendirian bahwa dalam Islam tidak
terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika
bagi kehidupan bernegara. Tokoh dari aliran ini adalah Mohammad Husein Haikal.
C.
MODEL PENELITIAN POLITIK
1.
Model M. Syafi’I Ma’arif
2.
Model Harry J.Benda
BAB XVII
MODEL PENELITIAN PENDIDIKAN ISLAM
A.
PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan adalah usaha atau
proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar
ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal.
Pendidikan islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan membina peserta
didikan yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu
kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
B.
ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan islam sebagai suatu
sistem adalah suatu kegiatan yang di dalamnya mengandung aspek tujuan,
kurikulum, guru (pelaksana
pendidikan),metode, pendekatan, sarana prasarana, lingkungan, administrasi dan
sebagainya yang antara satu dengan lainya saling berikatan dan membentuk suatu
sistem yang terpadu. Apabila satu aspek berubah, maka aspek yang lain juga ikut
berubah.
C.
MODEL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN
ISLAM
1.
Model penelitian tentang problema
guru
2.
Model penelitian tentang lembaga
pendidikan Islam
3.
Model penelitian kultur
pendidikan islam
a.
Model penelitian Mastuhu
b.
Model penelitian Zamakhsyari
Dhofier
BAB XVIII
MODEL PENELITIAN SEJARAH ISLAM
A.
PENGERTIAN SEJARAH ISLAM
Sejarah Islam adalah berbagai
peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dalam berbagai aspek. Dalam kaitan
ini, maka muncullah berbagai istilah yang digunakan untuk sejarahin, diantaranya
Sejarah Islam, Sejarah Peradaban Islam, Sejarah dan Kebudayaan Islam.
B.
RUANG LINGKUP SEJARAH ISLAM
Ruang lingkup sejarah islam
berdasarkann segi periodesasinya, terbagi menjadi periode klasik, periode
pertengahan dan periode modern. Periode klasik yang berlangsung sejak tahun
650-1250 Masehi dapat dibagi menjadi masa kemajuan I (650-1000), dan masa
disintegrasi (1000-1250). Periode pertengahan yang berlangsung dari tahun
1250-1800 M dapat dibagi ke dalam dua
masa, yaitu Masa Kemunduran I (1250-1500 M) dan masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800).
Adapun periode modern berlangsung dari tahun 1800M sampai dengan sekarang ini.
C.
MODEL PENELITIAN SEJARAH
Terdapat berbagai model
penelitian sejarah yang dilakukan oleh para ahli. Di antaranya ada yang melakukan studi sejarah dari segi tokoh atau pelakunya peristiwanya
produk-produk budaya dan ilmu pengetahuannya, wilayah atau kawasan tertentu,
latar belakang terjadinya berbagai peristiwa tersebut, dari segi periodesasinya
dan sebagainya.
BAB XIX
MODEL PENELITIAN PEMIKIRAN MODERN
DALAM ISLAM
A.
PENGERTIAN PEMBARUAN ISLAM
Pembaruan islam adalah
upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan islam dengan perkembangan baru
yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dengan
demikian, pembaruan islam bukan berarti
merubah, mengurangi atau menambah teks al-Quran maupun teks al-hadis, melainkan hanya mengubah atau menyesuaikan
paham atas keduanya sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini dilakukan karena
betapapun hebatnya paham-paham yang dihasilkan
para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap ada kekurangan dan
selalu dipengaruhi oleh kecenderungan pengetahuan, situasi sosial, dan lain
sebagainya. Pembaruan islam bukan mengubah al-Quran dan al-hadis, tetapi justru
kembali kepada al-quran dam al-hadis
sebagai sumber ajaran islam yang utama.
B.
MODEL PENELITIAN PEMIKIRAN MODERN
DALAM ISLAM
1.
Model penelitian Deliar Noer
2.
Model penelitian H.A.R. Gibb
BAB XX
MODEL PENELITIAN ANTROPOLOGI DAN
SOSIOLOGI AGAMA
A.
MAKNA PENELITIAN ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI
AGAMA
Antropologi berupaya melihat
hubungan antara agama dengan berbagai pranata sosial yang terjadi di
masyarakat. Dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya
hubungan antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Golongan masyarakat kurang mampu dan
golongan miskin lain, pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan keagamaan yang
bersifat messianic, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial kemasyarakatan.
Sedangkan golongan kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat
yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan tersebut menguntungkan
pihaknya.
Sosiologi merupakan ilmu yang
membahas sesuatu yang telah teratur dan terjadi secara berulang dalam
masyarakat. Dalam pandangan kaum sosiolog, agama lebih lanjut dibuktikan
memiliki fungsi yang amat penting. Pertama, agama dapat memenuhi kebutuhan
tertentu dari manusia. Kedua, agama dapat berperan memaksa orang untuk menepati
janji-janjinya. Ketiga, agama dapat membantu mendorong terciptanya persetujuan.
Keempat, agama membantu merumuskan nilai-nilai luhur. Kelima, agama pada
umumnya menerangkan fakta-fakta bahwa nilai-nilai yang ada dalam hampir semua
masyarakat bukan sekedar kumpulan nilai tetapi membentuk tingkatan. Keenam,
agama juga telah tampil sebagai yang memberikan standar tingkah laku.
B.
MODEL PENELITIAN ANTROPOLOGI
AGAMA
Model
penelitian antropologi agama dapat menggunakan model penelitian lapangan dengan
pendekatan kualitatif yang didasarkan pada data-data yang dikumpulkan melalui
wawancara, pengamatan, survey dan penelitian.
C.
MODEL PENELITIAN SOSIOLOGI AGAMA
Metodologi
penelitian sosiologi agama pada dasarnya sama dengan penelitian antropologi
agama karena antropologi sering dikelompokkan sebagai salah satu cabang dari
sosiologi.
BAB XXI
PENUTUP
Agama pada umumnya dan Islam
khususnya dewasa ini semakin dituntut peranannya untuk menjadi pemandu dan
pengarah kehidupan manusia agar tidak terperosok kepada keadaan yang merugikan
dan menjatuhkan martabatnya sebagai makhluk yang mulia. Dalam situasi global
ini, agama diharapkan mampu memberikan jawaban terhadap berbagai masalah
kehidupan. Namun demikian, untuk sampai kepada keadaan dimana agama mampu
bersentuhan dengan berbagai persoalan actual kehidupan memerlukan
pendekatan-pendekatan yang relevan yang tidak cukup pada satu pendekatan saja.
Buku ini selain mengajak pembaca
kea rah pemahaman agama yang komprehensif, aktual, segar dan integral; juga
telah memberikan petunjuk praktis mengenai bagaimana suatu penelitian agama itu
dilakukan. Dengan cara demikian, umat islam selain dapat memahami agama yang
utuh dan integral, juga dapat mengembangkannya, sehingga agama tersebut mampu
meresponi berbagai persoalan aktual dalam kehidupan modern.
REVIEW
Manusia dilahirkan dengan kekayaan yang sangat
besar. Kekayaan itu ada di dalam diri dan di luar dirinya. Pada dirinya berupa
akal, hati, dan indera. Di luar dirinya bertebaran pengetahuan tentang segala
sesuatu. Pengetahuan itu berpadu menstimulasi akal, hati, dan inderanya
membentuk konsep yang kemudian membentuk kepribadiannya.
Dalam menjalani hidup manusia butuh terhadap
agama. Adapun yang melatarbelakanginya adalah fitrah manusia, kelemahan dan
kekurangan manusia, dan tantangan manusia. Adalah sebuah keharusan bagi manusia
untuk memahami agamanya itu. sehingga mereka berupaya mencari cara memahami
agama itu dengan melakukan berbagai pendekatan, karena melalui pendekatan
tersebut kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya.
Pendekatan-pendekatan itu adalah;pertama, pendekatan teologis
normatif. Kedua, pendekatan antropologis. Ketiga,
pendekatan sosiologis. Keempat, pendekatan filosofis. Kelima,
pendekatan historis.Keenam, pendekatan kebudayaan. Dan ketujuh,
pendekatan psikologi. Begitulah hal-hal yang dibahas di bab 1 sampai 3.
Buku ini, Metodologi Studi Islam, yang ditulis
oleh Prof. Dr. H. Abduddin Nata, MA dan diterbitkan oleh PT RajaGrafindo
Persada berisi 21 bab. Sebenarnya secara garis besar, buku ini membahas 3
bagian besar:
Bagian pertama, yakni dari Bab 1
sampai bab 4 membahas fenomena kemunculan agama, kebutuhan manusia terhadap
agama, berbagai pendekatan di dalam memahami agama, serta hubungan agama dengan
ilmu pengetahuan sosial. Ibarat sebuah rumah, maka bab-bab ini adalah pintu
memasuki bab-bab selanjutnya.
Bagian kedua, yakni dari bab 5
sampai bab 9, bahasan terfokus pada pengertian dan sumber ajaran Islam,
karakteristik ajaran Islam, misi ajaran Islam, posisi Islam di antara
agama-agama di dunia, dan metodologi pemahaman Islam. Dari definisi yang jelas
dan diambil dari para pakar di bidangnya serta sumber ajarannya yang langsung
dari Pencipta alam semesta, didapatilah karakteristik, misi, posisi, dan
metodologi memahami Islam. Karakteristik Islam yang begitu komprehensif
sehingga mengakomodir dan menjadi solusi bagi semua bidang kehidupan manusia;
dari mulai agama dan ibadah, akidah dan ilmu, pendidikan dan sosial, kehidupan
ekonomi dan kesehatan, politik dan pekerjaan, dan Islam sebagai disiplin ilmu.
Misi-nya yang rahmatan lil-‘alamin dan strateginya yang begitu
strategis serta akomodatif, sehingga terbentuklah sebuah metodologi yang kuat
dalam memahaminya.
Bagian ketiga, dari bab 10 sampai
bab 20 buku ini berbicara tentang teori-teori dan model-model penelitian agama.
Adapun model-model penelitian agama meliputi; penelitian tafsir, hadis,
filsafat Islam, ilmu kalam, tasawuf, fiqih, politik, pendidikan Islam, sejarah
Islam, pemikiran modern dalam Islam, dan antropologi serta sosiologi agama.
Secara obyektif, jika saya ibaratkan buku ini
sebuah bangunan, maka ia bangunan yang cukup kokoh, dengan tiang-tiang kuat,
pernak-pernik kaya, serta banyak aksesorinya. Secara keseluruhan, buku ini
cukup lengkap, meskipun di sana-sini masih ada yang perlu dikritisi. Pemaparan
renyah dan mudah untuk dipahami serta didukung oleh sumber literatur yang
sangat banyak. Hanya saja penulis terlalu banyak mengambil bahan bahasan dari
literatur yang ditulis oleh kalangan orientalis dan filosof, tapi sedikit
mengambil dari kalangan fundamentalis. Padahal, studi komparasi sangat
diperlukan dalam pembahasan metodologi Islam. Sehingga tak menutup kemungkinan
buku ini akan jauh lebih tebal dan lebih bisa mewakili studi komparasi.
Kekayaan khazanah pemikiran dalam Islam
hendaknya mendorong penulis untuk lebih selektif dan berhati-hati dalam kecenderungan
pemikiran. Dari penuturannya, penulis sangat menunjukkan “kiblat” pemikirannya
pada Harun Nasution, Iqbal, Fazlur Rahman, Mukti Ali, Ali Syari’ati,
Hosen Nasr, dan Nurcholis Madjid. Tentunya keberpihakan ini sedikitnya akan
mempengaruhi obyektifitas pendapatnya. Namun penulis begitu piawai menutupi hal
itu dengan mencoba memaparkan bahwa mereka obyektif dan mencoba menjelaskan
bahwa tak semua orientalis juga sinis dalam mempersepsi Islam.
Setiap buku tidak luput dari kelebihan dan
kelemahan, karena penulis adalah seorang manusia yang jauh dari kesempurnaan,
dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Buku berjudul “Metodologi Studi Islam”
yang ditulis oleh Abuddin Nat di dalamnya terdapat kelebihan yang membuat buku
ini sesuai digunakan referensi di kalangan mahasiswa/mahasiswi dan Dosen.
Diantara kelebihan dari buku ini merupakan sebuah karya yang didalamnya memuat
suatu pengetahuan tentang Studi Islam, penggunaan tata bahasa yang sesuai
dengan EYD meskipun sedikit sulit untuk dipahami, namun buku ini dilengkapi
dengan glosarium yang memudahkan pembaca mengerti kata yang sebelumnya tidak
dimengerti dan menambah wawasan mengenai bahasa. Buku ini juga memuat segala
aspek tentang Islam baik sejarah, metode, pendekatan, ilmu-ilmu dan sumber dari
ajaran Islam dan hubungan dengan sosial. Selain itu kelebihan lain dari buku
ini sekaligus penulis adalah begitu banyaknya buku referensi yang digunakan
menggambarkan betapa komplek dan bagusnya buku ini sebagai pegangan tidak hanya
oleh mahasiswa/mahasiswi namun sekaligus para dosen pengajar dalam mempelajari
Metodologi Studi Islam.
Adapun kekurangan dari buku ini adalah Kalimat
yang digunakan dalam penyampaiannya sedikit rumit dan tidak langsung pada inti
pembahasan yang membuat jenuh dari pembaca. Halaman yang tebal membuat pembaca
merasa berat untuk mempelajari serta materi yan disampaikan kurang ringkas.
Menggunakan istilah yang banyak, meskipun istilah-istilah tersebut memang perlu
bagi mahasiswa/mahasiswi dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahami
materi yang disampaikan oleh buku ini.
Resume Buku Metode Studi Islam (Karangan Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A.)
4/
5
Oleh
Mirza Sayuti